Minggu, 27 April 2014

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL 5 (MENINGKATKAN KESEHATAN IBU)


A.    PENDAHULUAN
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDG pada tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat perhatian (BAPPENAS, 2010).
Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Ke depan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan pada perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang komprehensif, peningkatan pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (BAPPENAS, 2010).
WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen ibu hamil baik di negara maju maupun berkembang akan mengalami risiko tinggi (risti) dan/atau komplikasi. Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 2009 (Susenas). Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada tahun 2010 (Data Sementara Riskesdas, 2010) (BAPPENAS, 2010).



B.     TARGET
1.      Target 5A
Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam   
kurun waktu 1990-2015.
Indicator Target 5A :
a.       Rasio Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup
b.      Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2.      Target 5B
Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015.
Indicator Target 5B :
a.       Angka pemakaian kontrasepsi/ CPR (Contraceptive Prevalence Rate) bagi perempuan menikah usia 15-49, semua metode kontrasepsi
b.      Angka pemakaian kontrasepsi/ CPR (Contraceptive Prevalence Rate) bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun saat ini, dengan cara modern
c.       Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 1000 perempuan usia 15-19 tahun
d.      Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan)
e.       Unmeet Need (kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi)
(BAPPENAS, 2010)
C.    ANALISIS SWOT MDGs 5
1.      Strengths (Kekuatan)
a.       Adanya Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk peningkatan kesehatan ibu dan mengupayakan agar derajat kesehatan ibu tidak termasuk dalam golongan yang terancam bahaya.
b.      Telah dibangun sarana kesehatan berupa Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Rumah Sakit Umum (milik pemerintah, swasta, dan TNI) disertai penempatan tenaga kesehatan di berbagai sarana tersebut dan bidan di desa.
c.       Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.
d.      Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas).
e.       Bumil dari keluarga miskin telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan maupun ke rumah sakit.
f.       Adanya Program Keluarga Berencana (KB) dicanangkan pemerintah sebagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu.
g.      Meningkatkan cakupan peserta KB terutama dengan metode kontrasepsi jangka panjang.
h.      Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-tengah masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu, kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun beranak, dokter, dsb), serta sarana kesehatan lain (pustu, puskesmas, RS, dll) dalam memberikan informasi dan melatih para ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan sampai dengan kelahiran dan persiapan untuk melahirkan, seperti ASI ekslusif, stimulasi tumbuh kembang balita, perawatan bayi neonatus, dll.
i.        Sudah dilaksanakannya Desa siaga.
2.      Weakness (Kelemahan)
a.       Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan khususnya di daerah terpencil.
b.      Masih kurangnya tenaga kesehatan terlatih selama kehamilan, proses persalinan, post persalinan.
c.       Biaya untuk persalinan masih cukup mahal.
d.      Masih rendahnya cakupan Ante-Natal Care /ANC.
e.       Informasi yang kurang update khususnya mengenai kehamilan, persalinan dan nifas.
f.       Lemahnya manajemen, belum mantapnya pelayanan rujukan, penyebaran sarana dan prasarana kesehatan yang tidak merata dan kurangnya dukungan logistik serta biaya operasional.
g.      Belum memadainya pelayanan kesehatan untuk ibu.
h.      Bidan desa masih banyak tidak mendapatkan pelatihan yang cukup dan masih kekurangan peralatan.
i.        Kurangnya pendampingan rutin dan khusus bagi ibu-ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu sesuai dengan umur kehamilan dan mencatat dalam buku KIA yang sudah diberikan.
j.        Masih banyaknya penyakit infeksi dan perdarahan, termasuk yang disebabkan oleh abortus.
k.      Masih banyaknya penyebab dan komplikasi baik pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani yang menyebabkan kematian ibu.
l.        Prgoram KB hingga saat ini pun belum begitu banyak dirasakan inovasi dan sosialisasi pencapaian tujuan KB sehingga tingkat kelahiran pun masih tergolong tinggi.
m.    Masih banyaknya persalinan dilakukan dirumah dan banyak keluarga yang memilih tenaga persalinan tradisional.
n.      Banyaknya kegiatan posyandu dan puskesmas tidak terlaksana jika tidak ada tenaga kesehatan.
o.      Banyak rumah sakit kekurangan staf dan tidak memiliki layanan 24 jam.

3.      Opportunities (Peluang)
a.       Pemerintah pusat telah melatih banyak bidan, dan mengirim mereka ke seluruh penjuru Indonesia.
b.      Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu.
c.       Tersedianya fasilitas media massa yang dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang kesehatan.
d.      Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.
e.       Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JPKM.
f.       Pemerintah telah menyukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan, dan memperbaiki akses kesehatan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
g.      Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan ditolong oleh bidan bukan oleh dukun.
h.      Adanya kebijakan Jamkesmas dan Jampersal.
4.      Threats (Ancaman)
1.      Kurangnya keterlibatan para pengambil kebijakan terhadap kesehatan ibu.
2.      Ketertinggalan dalam hal perekonomian, informasi dan teknologi berdampak pada peningkatan resiko lebih tingginya angka kematian ibu.
3.      Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil.
4.      Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul seperti  perdarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang - kejang, aborsi, dan infeksi.
5.      Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi keadaan darurat.
6.      Adanya ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.


REFERENSI
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millennium Indonesia 2010. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar