BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan
janin. Salah satu indikasi perkembangan janin yang baik adalah berat badan.
Rerata berat bayi normal pada usia gestasi 37 s.d 41 minggu adalah 3200 gram,
bayi berat lahir rendah (2500 gram) dan bayi dengan berat berlebih (br / 3800
gram). Hubungan antara usia kehamilan dengan berat lahir mencerminkan
pertumbuhan intrauterine. Usia kehamilan 37 minggu atau preterm dapat
menyebabkan tingkat perkembangan janin saat dalam kandungan belum mencapai
optimal (Anisah, 2012).
Preeklamsia adalah salah satu penyebab utama morbiditas ibu
dan janin dan kematian di dunia, menyebabkan hampir 40% dari kelahiran sebelum
35 minggu kehamilan. Kehamilan kurang bulan dan preeclampsia berat merupakan
faktor risiko penyimpangan perkembangan. Kelahiran kurang bulan, berat lahir
rendah dan sangat rendah merupakan faktor risiko terjadi penyimpangan
perkembangan anak (Anisah, 2012).
Angka prevalensi global development delay berkisar antara 1%
- 3% dari populasi anak. Hal tersebut dapat menajdi beban ekonomi dan social
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kelahiran bayi kurang bulan di Indonesia
cukup tinggi yaitu lebih kurang 9% kelahiran hidup dibandingkan dengan 6% di
negara Eropa, sedangkan angka kelahiran bayi berat badan lahir rendah di
Indonesia tahun 2003 (Rochmah dkk, 2012).
Preeclampsia dapat menyebabkan perubahan morfologi plasenta,
penurunan perfusi uteroplasenter, dapat pula menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin berupa pertumbuhan janin terhambat,
prematuritas, asfiksia bahkan sampai kematian janin. Gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janin ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara perfusi
plasenta dengan kebutuhan janin (Kristanto, 2004).
2.
Tujuan
a.
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
preeclampsia.
b.
Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan
janin akibat dari ibu hamil yang mengalami preeclampsia.
3.
Manfaat
a.
Bagi mahasiswa
Dapat
menambah wahana bacaan ilmu pengetahuan tentang preeclampsia.
b.
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan konseling dan meningkatkan pelayanan antenatal.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Preeklampsia
a.
Pengertian
Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada
kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria (IKAPI, 2001). Preeklampsia adalah komplikasi serius pada umur
kehamilan trimester II dan trimester III dengan gejala hipertensi, oedem dan
proteinuria pada umur kehamilan diatas 20 minggu dan dapat terjadi saat
antepartum, intrapartum atau postpartum (Manuaba, 2001). Preeklampsia
didefinisikan sebagai sembarang peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih, atau sembarang kenaikan tekanan darah sistolik/diastolik lebih dari
30/15 mmHg pada dua pengukuran yang berjarak waktu 6 jam (Rayburn, 2001).
Preeklampsia ialah hipertensi yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu yang disertai proteinuria, edema, kenaikan
tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih, kenaikan tekanan darah diastolik 15
mmHg atau lebih. Dapat juga dengan kriteria tekanan darah sistolik lebih tinggi
atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih tinggi atau sama dengan
90 mmHg. (Rilantolo, 2004). Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi dan
proteinuria yang signifikan pada kehamilan (IKAPI, 2004).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Saifudin, 2006).
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal dan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak dkk, 2005).
Beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa preeklampsia adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan, atau saat
proses persalinan, atau masa nifas dengan kenaikan tekanan darah sistolik 30
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih dengan disertai
proteinuria.
b.
Klasifikasi
Menurut Manuaba (2001), preeklampsia digolongkan ke
dalam preeklampsia ringan dan preeklampsia berat dengan gejala dan tanda di
bawah ini:
1)
Preeklampsia ringan
a)
Tekanan darah 140/90 mmHg.
b)
Kenaikan berat badan lebih dari ¾ kg
dalam seminggu.
c)
Proteinuria 0,3 plus 1-2.
2)
Preeklampsia berat.
a)
Tekanan darah 160/110 mmHg.
b)
Edema paru-sianosis.
c)
Oligouria yaitu 500 cc dalam 24 jam.
d)
Proteinuria 5 gr/24 jam atau plus 4-5.
e)
Kemungkinan terjadi asfiksia dan
kematian intrauterine.
Menurut
Bobak dkk (2005), preeklampsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu preeklampsia
ringan dan berat dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1)
Preeklampsia ringan
a)
Peningkatan tekanan darah sistolik
sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah diastolik sebesar ≥ 15
mmHg atau hasil pemeriksaan sebesar 140/90 mmHg dua kali dengan jarak enam jam.
b)
Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang
tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali menimbang.
c)
Proteinuria sebesar 300 mg/L dalam 24
jam atau >1 g/L secara random dengan memakai contoh urine siang hari yang
dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak enam jam karena kehilangan protein
adalah bervariasi; dengan dipstik, nilai bervariasi dari sedikit sampai +1.
d)
Edema dependen, bengkak di mata, wajah,
jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.
e)
Hiperefleksi +3; tidak ada klonus
dipergelangan kaki.
f)
Keluaran urine sama dengan masukan; ≥ 30
ml/jam.
g)
Terdapat nyeri kepala sementara
h)
Terdapat iritabilitas/afek sementara
i)
Hematokrit meningkat.
2)
Preeklampsia berat
a)
Peningkatan tekanan darah menjadi ≥
160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil
yang beristirahat di tempat tidur.
b)
Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang
tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali menimbang.
c)
Proteinuria 5 sampai 10 g/L dalam 24 jam
atau ≥ + 2 protein dengan dipstik.
d)
Edema umum, bengkak semakin jelas di
mata, wajah, jari, bunyi paru (rales) bisa terdengar.
e)
Hiperefleksia
+3 atau lebih; klonus di pergelangan kaki.
f)
Oliguria:
<30 ml/jam atau 120 ml/4 jam.
g)
Terdapat nyeri kepala berat.
h)
Gangguan penglihatan mata kabur, bintik
buta pada fundoskopi.
i)
Nyeri ulu hati
j)
Kreatinin serum dan hematokrit
meningkat.
c.
Etiologi
Sampai saat ini, pengetahuan tentang etiologi dan
mekanisme patofisiologinya belum jelas, sehingga pencegahan dan pengobatan
penyakit ini belum memuaskan, kecuali terminasi kehamilan dan pengeluaran
plasenta. Banyak hipotesis diajukan untuk menjelaskan patofisiologi penyakit
ini. Terdapat 4 hipotesis yang sekarang ini menjadi perhatian utama para
peneliti (Jusup, 2008), yaitu:
1)
Iskemik plasenta
2)
Kenaikan deportasi trofoblast sebagai
konsekuensi dari iskemik dapat menimbulkan disfungsi sel endotel.
3)
Veri Low Density Lipoprotein (VLDL)
versus toxicity-prevevting activity Sebagai kompensasi
terhadap peningkatan kebutuhan energi selama kehamilan, asam lemak tak
teresterifikasi diproses. Pada wanita dengan kadar albumin rendah, transportasi
kelebihan asam lemak tak teresterifikasi dari jaringan adipose ke hepar
menurunkan aktivitasi antioksik albumin sampai pada titik dimana toksisitas
VLDL menjadi terekspresikan.
4)
Maladaptasi imun
5)
Maladaptasi imun menyebabkan invasi
dangkal dari sel-sel trofoblast endovaskuler ke arteri spiralis dan menyebabkan
disfungsi sel endotel yang diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin,
enzim proteolitik dan radikal bebas di tingkat desidua.
6)
Penurunan sifat secara genetik
7)
Terjadinya preeklampsia dan eklampsia di
dasarkan pada gen resesif tunggal atau dominan dengan penetrasi tidak sempurna.
Penetrasi ini mungkin tergantung dari genotip fetal.
Menurut Saifuddin (2006), etiologi preeklampsia
dapat diterima dengan teori yang harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
1)
Sebab bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2)
Sebab bertambahnya frekuensi dengan
semakin tua umur kehamilan.
3)
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4)
Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada
kehamilan-kehamilan berikutnya.
5)
Sebab timbulnya hipertensi, edema,
proteinuria, kejang, dan koma.
Meskipun banyak bukti penelitian
telah dipaparkan dari masing-masing teori yang telah disebutkan, satu hal yang
disepakati para ahli adalah preeklampsia tidaklah disebabkan oleh satu faktor
saja. Teori-teori ini saling berkaitan dan akhirnya invasi sel-sel trofoblast
yang abnormal dan iskemik plasenta adalah fenomena preeklampsia.
d.
Komplikasi
Menurut Saifuddin (2006),
komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasanya
terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia, yaitu:
1)
Solusio plasenta
Komplikasi
ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
2)
Hipofibrinogenemia
Dianjurkan
untuk memeriksakan kadar fibrinogen secara berkala.
3)
Hemolisis
Kejadian
trombositopenia pada preeklampsia dan eklampsia dapat terjadi bersamaan dengan
rusaknya eritrosit yang ditandai dengan hemolisis, skhizositosis, sferositosis,
hemoglobulinemia. Kerusakan ini akibat hemolisis mikro-angiopati.
4)
Perdarahan otak
Perfusi
serebral tidak berubah, namun pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah
otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan
hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan kejang atau
preeklampsia.
5)
Kelainan mata
Kehilangan
penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
6)
Edema paru-paru
Vasospasme
mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti
angiotensin II dan terjadi ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin
dan tromboksan A2. Vasospasme arterial juga turut menyebabkan
kerusakan endotelial dan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini
meningkatkan edema dan menurunkan volume intravaskuler, sehingga pasien yang
mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru (Bobak dkk, 2005).
7)
Nekrosis hati
Nekrosis
periportal hati pada preeklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Adanya nekrosis hemorhagis peri-portal dari lobus perifer hepar
sangat mungkin menyebabkan enzim-enzim hati meningkat.
8)
Sindroma HELLP, yaitu haemolysis,
elevated liver enzymes, dan low platelet.
Sindrom
HELLP merupakan bentuk Preeklampsia berat dimana ibu mengalami berbagai keluhan
seperti, malaise, nyeri ulu hati, mual dan muntah. Sindrom ini mempengaruhi
sekitar 2 – 12% pre eklampsia berat dengan angka mortalitas 2 – 24% (Bobak dkk,
2005).
9)
Kelainan ginjal
Pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10) Komplikasi
lain, yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi.
11) Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin
intra-uterin.
e.
Faktor-faktor yang mempengaruhi preeclampsia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
preeklampsia, yaitu paritas, riwayat kesehatan, genetik, pendidikan, sosial
ekonomi, dan suku atau etnik (Sofoewan, 2003). Selain itu, ada beberapa
penyakit ibu yang dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia, yaitu
riwayat preeklampsia, hipertensi kronis, diabetes mellitus, ginjal kronis dan
hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan kembar, bayi besar) (Saifuddin,
2008).
Faktor-faktor lain yang dapat mengakibatkan kejadian
preeklampsia-eklampsia yaitu adanya anamnesis yang kurang mendalam pada riwayat
kesehatan, pasien tidak mengingat jika pernah menderita suatu penyakit,
ketidaksempurnaan dokumentasi, data yang terdahulu hilang.
f.
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat
menemukan tanda-tanda dini preeklampsia. Penerangan tentang manfaat istirahat
dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur,
tetapi pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk
dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam, dan
penambahan berat badan yang berlebihan tidak dianjurkan (Saifuddin, 2008).
Menurut IKAPI, (2001), pencegahan preeklampsia dapat
dilakukan dengan:
1)
Pembatasan kalori, cairan dan diet
rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat
membahayakan janin.
2)
Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti.
3)
Dideteksi dini dan penanganan
cepat-tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan
yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana
pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak
awal.
4)
Pemasukan cairan jangan terlalu banyak,
karena mengakibatkan edema paru.
g.
Pengaruh Preeklampsia terhadap
pertumbuhan janin dan outcome bayi baru lahir
Preeclampsia merupakan kelainan yang berdampak buruk
bagi ibu dan atau janin. Berkaitan dengan pertumbuhan janin, pada preeclampsia
sering didapatkan pertumbuhan janin terhambat seperti yang dinyatakan oleh
Ezkenazi, dkk (1993) yang mendapatkan risiko terjadinya pada preeclampsia 7.0
kali lebih besar disbanding kehamilan normal, sedangkan berhubungan dengan
outcome bayu baru lahir bila dinilai dengan skor Aggar maka kejadia asfiksia
pada bayi baru lahir (skor Apgar menit pertama <7) pada preeclampsia juga
lebih tinggi bila disbanding kehamilan normal. Tingginya kejadian pertumbuhan
janin terhambat ini disebabkan karena preeclampsia terjadi penurunan perfusi
uteroplasenter sehingga kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak
tercukupi (Kristanto, 2004).
2. Perkembangan Janin
a.
Perkembangan janin pada trimester pertama
Proses pembentukan antara sperma dan telur yang
memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim, kemudian
pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua, dan bayi berbentuk embrio. Ukuran rata-
rata 2 -4 mm, pada minggu keenam. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai
dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai
tampak, pada minggu ketujuh jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik
kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru –paru panjangnya
sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram. Pada minggu ke-8 anggota tangan serta
kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna Panjang kira-kira 14-20 mm. Pada
minggu ke-9 Panjang kira -kira 14-20 mm, detak jantungnya bisa mendengar dengan
Doppler, kemudian pada minggu ke-10 semua organ penting yang telah terbentuk
mulai bekerjasama panjang 32 -43 mm dan berat 7 gram. Pada akhir semester
pertama Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram, bentuk wajah bayi
lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari -jari tangan dan kaki yang mungil
terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. plasenta
berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi
(Aurel, 2009).
b.
Perkembangan janin pada trimester kedua.
Pada awal trimester kedua panjangnya 80-110 mm dan
beratnya 25 gram, lehernya semakin panjang dan kuat. Kelenjar prostat bayi
lakilaki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Pada
minggu berikutnya Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa
mendengar suara. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mmDalam
proses pembentukan ini system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan
berfungsi. Kemudian Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit
pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk, pada minggu
ke -19 beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm, otak bayi telah mencapai
jutaan saraf motorik karenanya mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap
jempol pada minggu berikutnya kulit bayi mulai membuat lapisan dermis,
epidermis dan subcutaneous. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah
340 gram dan panjangnya 20 cm. Kuku tumbuh pada minggu ini. Pada akhir trimester
ini paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara
tetap mengembang dan tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang
semakin kuat, Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34 -37
cm (Aurel, 2009).
c.
Perkembangan janin pada trimester
ketiga.
Minggu pertama trimester ketiga Berat bayi sudah
mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm, paru-paru, hati dan system kekebalan
tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85%
untuk bertahan . Minggu ke-27 Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram
dengan tinggi badan 36-38 cm. Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu
retina matanya telah mulai terbentuk. Minggu ke -29berat badannya 1100-1200
gram, dengan tinggi badan 37-39 cm. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya
dan pengelihatannya sudah berfungsi. Minggu ke-31 perkembangan fisik bayi sudah
mulai melambat pada fase ini. Berat badan bayi 1550 -1560 gram dengan tinggi
41- 43 cm. Perkembangan fisik mulai sempurna, bayi sudah mulai melambat pada
fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Minggu ke-34 bayi
berada di pintu rahim berat badan bayi 2000-2010 gram, dengan tinggi badan
sekitar 45-46 cm. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk
dan tidur. Minggu ke-36 Saat ini paru -paru bayi sudah bekerja baikBerat badan
bayi 2400 -2450 gram, dengan tinggi badan 47 -48 cm. Pada akhir semester ketiga
kepala bayi turun ke ruang pelvic Berat badan bay i di minggu ini 2700 -2800
gram, dengan tinggi 48-49 cm. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi
merah jambu Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat
ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang
belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam
air (Aurel, 2009).
3. Perkembangan Bayi Baru Lahir
a.
Periode neonatal atau neonatus
Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama
kehidupan. Selama periode ini bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang sangat
menakjubkan (Norwitz, 2008).
1) Sistem
Kardiovaskuler
Napas
pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru – paru berkembang dan
menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir, tekanan
arteri pulmoner menurun.
2) Sistem
Pernafasan
Penyesuaian
paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem
pernafasan. Paru – paru bayi mengandung sekitar 20 ml cairan/kg.
3) Sistem
Ginjal
Fungsi
ginjal mirip dengan fungsi orang dewasa. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat
dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12 – 24 jam. Berkemih selama 6 – 10kali dalam warna
pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.
4) Sistem
Cerna
Bayi
baru lahir mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan
karbohidrat sederhana, serta mengelmusi lemak. Kapasitas lambung bervariasi
dari 30 – 90 ml tergantung pada ukuran bayi.
5) Sistem
Imun
Sel
–sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun
sel – sel ini tidk aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama
kehidupan bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu berupa
kolostrum dan ASI.
6) Sistem
Integumen
Semua
struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Kulit bayi
sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Kaput suksedanum adalah edem pada
kulit kepala yang ditemukan dini. Tonjolan edema yang terlihat saat bayi lahir,
memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan tulang secara spontan dalam
tiga sampai empat hari. Sefalhematoma adalah kumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan periosteumnya. Biasanya sefalhematoma mencapai ukuran paling
besar pada hari kedua atau ketiga, pada saat tersebut pendarahan berhenti. Sefalhematoma
akan lenyap dengan spontan dalam tiga sampai enam minggu. Kelenjar keringat
sudah ada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespon terh adap
peningkatan suhu tubuh.
7) Sistem
Reproduksi
Pada
bayi cukup bulan, libia mayora dan minora menutup vestibulum, ukuran genetalia
eksterna bayi baru lahir laki – laki dapat meningkat karena efek peningkatan
estrogen ibu pada saat hamil, terdapat regue yang melapisi kantong stronum.
8) Sistem
Neuromuskuler
Bayi
baru lahir cukup bulan reaktif dan responsif, perkembangan sensoris dan
kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas
terlihat.
b.
Perilaku Sensori
Sejak lahir bayi memiliki perilaku sensori yang
mengindikasikan suatu tahap kesiapan untuk melakukan interaksi sosial. Bayi mampu
menggunakan respon perilaku secara efektif dalam melakukan dialog mereka yang
pertama. Penglihatan, sejak bayi lahir telah mampu memusatkan pandangan dan
memperhatikansecara intensif pada suatu obyek.
4. Kriteria Berat Badan Bayi Baru
Lahir
Pada bayi lahir memenuhi jumlah tugas perkembangan
untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan memungkinkan
transisi dari lingkungan intrunterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi
dasar pertumbuhan dan perkembangan dikemudian hari. Seorang bayi yang baru
lahir memiliki banyak reflek yang akan muncul dan menghilang, yang menunjukkan
kematangan dan perkembangan saraf yang baik (Bobak, 2005).
Berat badan bayi baru
lahir menurut Bobak (2005), dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.
Bayi berat lahir rendah: bayi dengan
berat badan lahir < 2500g.
b.
Bayi berat lahir normal : bayi dengan
berat badan lahir 2500 – 4000g
c.
Bayi berat lahir besar : bayi dengan
berat badan lahir > 4000 g
5. Faktor Yang Mempengaruhi Berat
Badan Bayi Lahir Rendah
Menurut
Symonds yang dikutip oleh Norwitz, (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi
berat badan bayi adalah :
a. Faktor
Ibu
1) Gizi
saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk
terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan
rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/
minggu.
Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat
badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing
-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total
adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu
dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar.
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur
LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila
hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar lebih
memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2006).
2) Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan
usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada
kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibuibu yang terlalu
muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran
bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja
seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi
janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu
bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat
pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
3) Jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada
saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
4) Paritas
ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
5) Penyakit
menahun ibu
Riwayat
penyakit ibu yang bisa berpengaruh pada kehamilan diantaranya:
a) Asma
bronkiale:
Pengaruh asma
pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena
ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan
hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan
sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
b) Infeksi
saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi
bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras,
sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya
hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan,
persalinan premature, gangguan pertumbunan janin, dan preeklampsia.
c) Hipertensi
Penyakit
hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan,
hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian
neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi
plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi
kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari
pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan
berat badan lahir rendah.
d) Gaya
hidup
Konsumsi
obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan
27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin
tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar,
dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat
hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi
spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.
6) Faktor
kehamilan
Komplikasi saat hamil yaitu:
a) Pre-eklampsia/
Eklampsia
Pre-eklampsia/
Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan
atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/eklampsia
pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di
daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b) Ketuban
Pecah Dini
Ketuban
dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau
dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan
masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu.
c) Hidramnion
Hidramnion atau
kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air
ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor
mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ –organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan
kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.
d) Hamil
ganda/Gemeli
Berat badan
janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal
pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan
janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan
lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar
rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan
bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu
faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
e) Perdarahan
Antepartum
Perdarahan
antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang
persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2008). Komplikasi utama
dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok
yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan
gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok
intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 2007).
Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom
gagal napas dan komplikasi asfiksia.
b. Faktor
janin
1)
Cacat
Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
2)
Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari
gan gguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga
aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu,
pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam ra him. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat
buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah,
cacat bawaan dan kematian janin.
c.
Faktor lingkungan : status sosio
ekonomi, status gizi.
d.
Faktor genetik : jenis kelamin, ras,
tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum hamil, tinggi dan berat badan ayah.
e.
Faktor demografi dan psikososial : umur
ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan), status
perkawinan dan faktor psikologi ibu.
f.
Faktor gizi : pertambahan berat badan
selama kehamilan, status gizi (kalori, protein, vitamin, dan lain - lain),
pengeluaran energi untuk kerja dan aktifitas fisik.
g.
Pelayanan antenatal : kunjungan pertama
antenatal, jumlah kunjungan pelayanan dan kualitas antenatal.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a. Preeclampsia
adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan, atau saat proses persalinan,
atau masa nifas dengan kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan
tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih dengan disertai proteinuria.
b. Pre-eklampsia
dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR
dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/eklampsia pada ibu
akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta,
suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang
2.
Saran
a. Bagi
mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi bahan/
pedoman belajar untuk menerapkan asuhan yang tepat kepada ibu hamil dengan
preeclampsia.
b. Bagi
tenaga kesehatan khususnya bidan
Diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
melakukan konseling dan meningkatkan pelayanan antenatal dengan melakukan pencegahan,
mendiagnosa dini, serta melakukan penanganan segera pada ibu hamil yang
menderita preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, 2013, Perbandingan
Kejadian Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (Kmk) Antara Persalinan Preterm Dan
Aterm Pada Preeklamsia Berat Di Rsud Panembahan Senopati Bantu, http://digilib.fk.umy.ac.id, Diakses tanggal 14
April 2014.
Aulia
S, 2009, Hubungan Ibu hamil Preeklampsia
dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, http://stikesaisyiyah.ac.id. Diakses tanggal 25 April 2014.
Bobak,
I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., 2005, Buku
Ajar Keperawatan
Maternitas edisi 4, EGC, Jakarta.
Hidayati, Nurul Fitri., 2006, Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Trimester II dan
III: Studi Kasus di Poli Hamil I RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2006, http://adln.lib.unair.ac.id. diakses 20 April 2014.
IKAPI, 2001, Safe
Motherhood Modul Pre eklampsia Materi Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
_____, 2004, Paket
Ibu dan Bayi Penerapan Program Safe Motherhood, EGC, Jakarta.
Jusup, S.A., 2008, Stress
Pada Wistar Rat Hamil Sebagai Model Penelitian Preeklampsia. Nexus Medicus,
volume 18, halaman 100.
Kristanto H, 2004. Morfologi
dan Rasio Plasenta pada Preeklampsia-Eklampsia Pengaruhnya terhadap pertumbuhan
janin dan outcome bayi baru lahir. http://digilib.fk.undip.ac.id. Diakses tanggal 14 April 2014
Manuaba, I Gede Bagus, 2001, Kapita
Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta.
Norwitz, Errol, John Schord, 2008, At a glance Obstetri dan Ginekologi, edisi 2, Erlangga, Jakarta.
Rayburn, F.William, J. Christopher Carey, Obstetri dan Ginekologi, 2001, Widya
Medika, Jakarta.
Rilantolo,
Lily Ismudiati, 2004, Buku Ajar Kardologi,
Fakultas Kedokteran
Universitas
Indonesia, Jakarta.
Saifuddin,
A.B., Adriaansz, G., Winkjosastro, G.H., Waspodo, D., 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
_______, A.B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, H., 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sofoewan, S., 2003, Preeklampsia-Eklampsia Di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia,
Patogenesis dan Kemungkinan Pencegahannya, Majalah Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, volume 27.
Rochmah, N., Ahmad, S., Moersintowarti, BN., Darto, S.,
Fatimah, I., 2012. Metode Pemeriksaan
Kualitas General Movements Meningkatkan Nilai Prediksi Ultrasonografi Kepala untuk
Memprediksi Perkembangan Bayi Kurang Bulan dari Ibu Preeklampsia Berat.
Sari Pediatri Volume : 14. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga.
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., 2007,
Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.