Minggu, 27 April 2014

PERKEMBANGAN FETUS PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin. Salah satu indikasi perkembangan janin yang baik adalah berat badan. Rerata berat bayi normal pada usia gestasi 37 s.d 41 minggu adalah 3200 gram, bayi berat lahir rendah (2500 gram) dan bayi dengan berat berlebih (br / 3800 gram). Hubungan antara usia kehamilan dengan berat lahir mencerminkan pertumbuhan intrauterine. Usia kehamilan 37 minggu atau preterm dapat menyebabkan tingkat perkembangan janin saat dalam kandungan belum mencapai optimal (Anisah, 2012).
Preeklamsia adalah salah satu penyebab utama morbiditas ibu dan janin dan kematian di dunia, menyebabkan hampir 40% dari kelahiran sebelum 35 minggu kehamilan. Kehamilan kurang bulan dan preeclampsia berat merupakan faktor risiko penyimpangan perkembangan. Kelahiran kurang bulan, berat lahir rendah dan sangat rendah merupakan faktor risiko terjadi penyimpangan perkembangan anak (Anisah, 2012).
Angka prevalensi global development delay berkisar antara 1% - 3% dari populasi anak. Hal tersebut dapat menajdi beban ekonomi dan social keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kelahiran bayi kurang bulan di Indonesia cukup tinggi yaitu lebih kurang 9% kelahiran hidup dibandingkan dengan 6% di negara Eropa, sedangkan angka kelahiran bayi berat badan lahir rendah di Indonesia tahun 2003 (Rochmah dkk, 2012).
Preeclampsia dapat menyebabkan perubahan morfologi plasenta, penurunan perfusi uteroplasenter, dapat pula menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janin berupa pertumbuhan janin terhambat, prematuritas, asfiksia bahkan sampai kematian janin. Gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janin ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara perfusi plasenta dengan kebutuhan janin (Kristanto, 2004).
2.      Tujuan
a.       Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian preeclampsia.
b.      Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan janin akibat dari ibu hamil yang mengalami preeclampsia.
3.      Manfaat
a.       Bagi mahasiswa
Dapat menambah wahana bacaan ilmu pengetahuan tentang preeclampsia.
b.      Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan konseling dan meningkatkan pelayanan antenatal.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Preeklampsia
a.       Pengertian
Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria (IKAPI, 2001). Preeklampsia adalah komplikasi serius pada umur kehamilan trimester II dan trimester III dengan gejala hipertensi, oedem dan proteinuria pada umur kehamilan diatas 20 minggu dan dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (Manuaba, 2001). Preeklampsia didefinisikan sebagai sembarang peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau sembarang kenaikan tekanan darah sistolik/diastolik lebih dari 30/15 mmHg pada dua pengukuran yang berjarak waktu 6 jam (Rayburn, 2001).
Preeklampsia ialah hipertensi yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang disertai proteinuria, edema, kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih, kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih. Dapat juga dengan kriteria tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih tinggi atau sama dengan 90 mmHg. (Rilantolo, 2004). Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi dan proteinuria yang signifikan pada kehamilan (IKAPI, 2004).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Saifudin, 2006). Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak dkk, 2005).
Beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan, atau saat proses persalinan, atau masa nifas dengan kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih dengan disertai proteinuria.
b.      Klasifikasi
Menurut Manuaba (2001), preeklampsia digolongkan ke dalam preeklampsia ringan dan preeklampsia berat dengan gejala dan tanda di bawah ini:
1)      Preeklampsia ringan
a)      Tekanan darah 140/90 mmHg.
b)      Kenaikan berat badan lebih dari ¾ kg dalam seminggu.
c)      Proteinuria 0,3 plus 1-2.
2)      Preeklampsia berat.
a)      Tekanan darah 160/110 mmHg.
b)      Edema paru-sianosis.
c)      Oligouria yaitu 500 cc dalam 24 jam.
d)     Proteinuria 5 gr/24 jam atau plus 4-5.
e)      Kemungkinan terjadi asfiksia dan kematian intrauterine.
   Menurut Bobak dkk (2005), preeklampsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu preeklampsia ringan dan berat dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1)      Preeklampsia ringan
a)      Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah diastolik sebesar ≥ 15 mmHg atau hasil pemeriksaan sebesar 140/90 mmHg dua kali dengan jarak enam jam.
b)      Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali menimbang.
c)      Proteinuria sebesar 300 mg/L dalam 24 jam atau >1 g/L secara random dengan memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak enam jam karena kehilangan protein adalah bervariasi; dengan dipstik, nilai bervariasi dari sedikit sampai +1.
d)     Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.
e)      Hiperefleksi +3; tidak ada klonus dipergelangan kaki.
f)       Keluaran urine sama dengan masukan; ≥ 30 ml/jam.
g)      Terdapat nyeri kepala sementara
h)      Terdapat iritabilitas/afek sementara
i)        Hematokrit meningkat.
2)      Preeklampsia berat
a)      Peningkatan tekanan darah menjadi ≥ 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur.
b)      Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali menimbang.
c)      Proteinuria 5 sampai 10 g/L dalam 24 jam atau ≥ + 2 protein dengan dipstik.
d)     Edema umum, bengkak semakin jelas di mata, wajah, jari, bunyi paru (rales) bisa terdengar.
e)      Hiperefleksia +3 atau lebih; klonus di pergelangan kaki.
f)       Oliguria: <30 ml/jam atau 120 ml/4 jam.
g)      Terdapat nyeri kepala berat.
h)      Gangguan penglihatan mata kabur, bintik buta pada fundoskopi.
i)        Nyeri ulu hati
j)        Kreatinin serum dan hematokrit meningkat.
c.       Etiologi
Sampai saat ini, pengetahuan tentang etiologi dan mekanisme patofisiologinya belum jelas, sehingga pencegahan dan pengobatan penyakit ini belum memuaskan, kecuali terminasi kehamilan dan pengeluaran plasenta. Banyak hipotesis diajukan untuk menjelaskan patofisiologi penyakit ini. Terdapat 4 hipotesis yang sekarang ini menjadi perhatian utama para peneliti (Jusup, 2008), yaitu:
1)      Iskemik plasenta
2)      Kenaikan deportasi trofoblast sebagai konsekuensi dari iskemik dapat menimbulkan disfungsi sel endotel.
3)      Veri Low Density Lipoprotein (VLDL) versus toxicity-prevevting activity Sebagai kompensasi terhadap peningkatan kebutuhan energi selama kehamilan, asam lemak tak teresterifikasi diproses. Pada wanita dengan kadar albumin rendah, transportasi kelebihan asam lemak tak teresterifikasi dari jaringan adipose ke hepar menurunkan aktivitasi antioksik albumin sampai pada titik dimana toksisitas VLDL menjadi terekspresikan.
4)      Maladaptasi imun
5)      Maladaptasi imun menyebabkan invasi dangkal dari sel-sel trofoblast endovaskuler ke arteri spiralis dan menyebabkan disfungsi sel endotel yang diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas di tingkat desidua.
6)      Penurunan sifat secara genetik
7)      Terjadinya preeklampsia dan eklampsia di dasarkan pada gen resesif tunggal atau dominan dengan penetrasi tidak sempurna. Penetrasi ini mungkin tergantung dari genotip fetal.
Menurut Saifuddin (2006), etiologi preeklampsia dapat diterima dengan teori yang harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
1)      Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2)      Sebab bertambahnya frekuensi dengan semakin tua umur kehamilan.
3)      Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4)      Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5)      Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Meskipun banyak bukti penelitian telah dipaparkan dari masing-masing teori yang telah disebutkan, satu hal yang disepakati para ahli adalah preeklampsia tidaklah disebabkan oleh satu faktor saja. Teori-teori ini saling berkaitan dan akhirnya invasi sel-sel trofoblast yang abnormal dan iskemik plasenta adalah fenomena preeklampsia.
d.      Komplikasi
Menurut Saifuddin (2006), komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia, yaitu:
1)      Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih  sering terjadi pada preeklampsia.
2)      Hipofibrinogenemia
Dianjurkan untuk memeriksakan kadar fibrinogen secara berkala.
3)      Hemolisis
Kejadian trombositopenia pada preeklampsia dan eklampsia dapat terjadi bersamaan dengan rusaknya eritrosit yang ditandai dengan hemolisis, skhizositosis, sferositosis, hemoglobulinemia. Kerusakan ini akibat hemolisis mikro-angiopati.
4)      Perdarahan otak
Perfusi serebral tidak berubah, namun pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan kejang atau preeklampsia.
5)      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
6)      Edema paru-paru
Vasospasme mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan terjadi ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2. Vasospasme arterial juga turut menyebabkan kerusakan endotelial dan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan menurunkan volume intravaskuler, sehingga pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru (Bobak dkk, 2005).
7)      Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Adanya nekrosis hemorhagis peri-portal dari lobus perifer hepar sangat mungkin menyebabkan enzim-enzim hati meningkat.
8)      Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
Sindrom HELLP merupakan bentuk Preeklampsia berat dimana ibu mengalami berbagai keluhan seperti, malaise, nyeri ulu hati, mual dan muntah. Sindrom ini mempengaruhi sekitar 2 – 12% pre eklampsia berat dengan angka mortalitas 2 – 24% (Bobak dkk, 2005).
9)      Kelainan ginjal
Pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10)  Komplikasi lain, yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi.
11)  Prematuritas, dismaturitas dan kematian  janin intra-uterin.
e.       Faktor-faktor yang mempengaruhi preeclampsia
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia, yaitu paritas, riwayat kesehatan, genetik, pendidikan, sosial ekonomi, dan suku atau etnik (Sofoewan, 2003). Selain itu, ada beberapa penyakit ibu yang dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia, yaitu riwayat preeklampsia, hipertensi kronis, diabetes mellitus, ginjal kronis dan hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan kembar, bayi besar) (Saifuddin, 2008).
Faktor-faktor lain yang dapat mengakibatkan kejadian preeklampsia-eklampsia yaitu adanya anamnesis yang kurang mendalam pada riwayat kesehatan, pasien tidak mengingat jika pernah menderita suatu penyakit, ketidaksempurnaan dokumentasi, data yang terdahulu hilang.
f.       Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur, tetapi pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam, dan penambahan berat badan yang berlebihan tidak dianjurkan (Saifuddin, 2008).
Menurut IKAPI, (2001), pencegahan preeklampsia dapat dilakukan dengan:
1)      Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin.
2)      Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti.
3)      Dideteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal.
4)      Pemasukan cairan jangan terlalu banyak, karena mengakibatkan edema paru.
g.      Pengaruh Preeklampsia terhadap pertumbuhan janin dan outcome bayi baru lahir
Preeclampsia merupakan kelainan yang berdampak buruk bagi ibu dan atau janin. Berkaitan dengan pertumbuhan janin, pada preeclampsia sering didapatkan pertumbuhan janin terhambat seperti yang dinyatakan oleh Ezkenazi, dkk (1993) yang mendapatkan risiko terjadinya pada preeclampsia 7.0 kali lebih besar disbanding kehamilan normal, sedangkan berhubungan dengan outcome bayu baru lahir bila dinilai dengan skor Aggar maka kejadia asfiksia pada bayi baru lahir (skor Apgar menit pertama <7) pada preeclampsia juga lebih tinggi bila disbanding kehamilan normal. Tingginya kejadian pertumbuhan janin terhambat ini disebabkan karena preeclampsia terjadi penurunan perfusi uteroplasenter sehingga kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak tercukupi (Kristanto, 2004).
2.      Perkembangan Janin
a.       Perkembangan janin pada trimester pertama
Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim, kemudian pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua, dan bayi berbentuk embrio. Ukuran rata- rata 2 -4 mm, pada minggu keenam. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak, pada minggu ketujuh jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru –paru panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram. Pada minggu ke-8 anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna Panjang kira-kira 14-20 mm. Pada minggu ke-9 Panjang kira -kira 14-20 mm, detak jantungnya bisa mendengar dengan Doppler, kemudian pada minggu ke-10 semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama panjang 32 -43 mm dan berat 7 gram. Pada akhir semester pertama Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram, bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari -jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi (Aurel, 2009).
b.      Perkembangan janin pada trimester kedua.
Pada awal trimester kedua panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram, lehernya semakin panjang dan kuat. Kelenjar prostat bayi lakilaki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Pada minggu berikutnya Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Akhir minggu ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mmDalam proses pembentukan ini system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Kemudian Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk, pada minggu ke -19 beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm, otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol pada minggu berikutnya kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm. Kuku tumbuh pada minggu ini. Pada akhir trimester ini paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang dan tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat, Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34 -37 cm (Aurel, 2009).
c.       Perkembangan janin pada trimester ketiga.
Minggu pertama trimester ketiga Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm, paru-paru, hati dan system kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan . Minggu ke-27 Berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm. Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai terbentuk. Minggu ke -29berat badannya 1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. Minggu ke-31 perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini. Berat badan bayi 1550 -1560 gram dengan tinggi 41- 43 cm. Perkembangan fisik mulai sempurna, bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Minggu ke-34 bayi berada di pintu rahim berat badan bayi 2000-2010 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur. Minggu ke-36 Saat ini paru -paru bayi sudah bekerja baikBerat badan bayi 2400 -2450 gram, dengan tinggi badan 47 -48 cm. Pada akhir semester ketiga kepala bayi turun ke ruang pelvic Berat badan bay i di minggu ini 2700 -2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm. Bentuk bayi semakin membulat dan kulitnya menjadi merah jambu Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air (Aurel, 2009).
3.      Perkembangan Bayi Baru Lahir
a.       Periode neonatal atau neonatus
Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode ini bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang sangat menakjubkan (Norwitz, 2008).
1)      Sistem Kardiovaskuler
Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru – paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah paru mengalir, tekanan arteri pulmoner menurun.
2)      Sistem Pernafasan
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem pernafasan. Paru – paru bayi mengandung sekitar 20 ml cairan/kg.
3)      Sistem Ginjal
Fungsi ginjal mirip dengan fungsi orang dewasa. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 – 24 jam. Berkemih selama 6 – 10kali dalam warna pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.
4)      Sistem Cerna
Bayi baru lahir mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengelmusi lemak. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 – 90 ml tergantung pada ukuran bayi.
5)      Sistem Imun
Sel –sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun sel – sel ini tidk aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu berupa kolostrum dan ASI.
6)      Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Kaput suksedanum adalah edem pada kulit kepala yang ditemukan dini. Tonjolan edema yang terlihat saat bayi lahir, memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan tulang secara spontan dalam tiga sampai empat hari. Sefalhematoma adalah kumpulan darah diantara tulang tengkorak dan periosteumnya. Biasanya sefalhematoma mencapai ukuran paling besar pada hari kedua atau ketiga, pada saat tersebut pendarahan berhenti. Sefalhematoma akan lenyap dengan spontan dalam tiga sampai enam minggu. Kelenjar keringat sudah ada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespon terh adap peningkatan suhu tubuh.
7)      Sistem Reproduksi
Pada bayi cukup bulan, libia mayora dan minora menutup vestibulum, ukuran genetalia eksterna bayi baru lahir laki – laki dapat meningkat karena efek peningkatan estrogen ibu pada saat hamil, terdapat regue yang melapisi kantong stronum.
8)      Sistem Neuromuskuler
Bayi baru lahir cukup bulan reaktif dan responsif, perkembangan sensoris dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat.
b.      Perilaku Sensori
Sejak lahir bayi memiliki perilaku sensori yang mengindikasikan suatu tahap kesiapan untuk melakukan interaksi sosial. Bayi mampu menggunakan respon perilaku secara efektif dalam melakukan dialog mereka yang pertama. Penglihatan, sejak bayi lahir telah mampu memusatkan pandangan dan memperhatikansecara intensif pada suatu obyek.

4.      Kriteria Berat Badan Bayi Baru Lahir
Pada bayi lahir memenuhi jumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan memungkinkan transisi dari lingkungan intrunterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan dikemudian hari. Seorang bayi yang baru lahir memiliki banyak reflek yang akan muncul dan menghilang, yang menunjukkan kematangan dan perkembangan saraf yang baik (Bobak, 2005).
Berat badan bayi baru lahir menurut Bobak (2005), dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.       Bayi berat lahir rendah: bayi dengan berat badan lahir < 2500g.
b.      Bayi berat lahir normal : bayi dengan berat badan lahir 2500 – 4000g
c.       Bayi berat lahir besar : bayi dengan berat badan lahir > 4000 g
5.      Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Menurut Symonds yang dikutip oleh Norwitz, (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan bayi adalah :
a.       Faktor Ibu
1)      Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu.
Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing -masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayati, 2006).
2)      Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibuibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
3)      Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
4)      Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
5)      Penyakit menahun ibu
Riwayat penyakit ibu yang bisa berpengaruh pada kehamilan diantaranya:
a)      Asma bronkiale:
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
b)      Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbunan janin, dan preeklampsia.
c)      Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.
d)     Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.
6)      Faktor kehamilan
Komplikasi saat hamil yaitu:
a)      Pre-eklampsia/ Eklampsia
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b)      Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
c)      Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ –organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.
d)     Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
e)      Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2008). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 2007). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
b.      Faktor janin
1)       Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
2)      Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gan gguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam ra him. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
c.       Faktor lingkungan : status sosio ekonomi, status gizi.
d.      Faktor genetik : jenis kelamin, ras, tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum hamil, tinggi dan berat badan ayah.
e.       Faktor demografi dan psikososial : umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan), status perkawinan dan faktor psikologi ibu.
f.       Faktor gizi : pertambahan berat badan selama kehamilan, status gizi (kalori, protein, vitamin, dan lain - lain), pengeluaran energi untuk kerja dan aktifitas fisik.
g.      Pelayanan antenatal : kunjungan pertama antenatal, jumlah kunjungan pelayanan dan kualitas antenatal.
































BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
a.       Preeclampsia adalah suatu gangguan yang terjadi pada kehamilan, atau saat proses persalinan, atau masa nifas dengan kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih dengan disertai proteinuria.
b.      Pre-eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang
2.      Saran
a.       Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi bahan/ pedoman belajar untuk menerapkan asuhan yang tepat kepada ibu hamil dengan preeclampsia.
b.      Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan konseling dan meningkatkan pelayanan antenatal dengan melakukan pencegahan, mendiagnosa dini, serta melakukan penanganan segera pada ibu hamil yang menderita preeklampsia.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anisah, 2013, Perbandingan Kejadian Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (Kmk) Antara Persalinan Preterm Dan Aterm Pada Preeklamsia Berat Di Rsud Panembahan Senopati Bantu,  http://digilib.fk.umy.ac.id,  Diakses tanggal 14 April 2014.

Aulia S, 2009, Hubungan Ibu hamil Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, http://stikesaisyiyah.ac.id. Diakses tanggal 25 April 2014.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., 2005, Buku Ajar Keperawatan
Maternitas edisi 4, EGC, Jakarta.

Hidayati, Nurul Fitri., 2006, Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Trimester II dan III: Studi Kasus di Poli Hamil I RSU Dr.Soetomo Surabaya tahun 2006, http://adln.lib.unair.ac.id. diakses 20 April 2014.

IKAPI, 2001, Safe Motherhood Modul Pre eklampsia Materi Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

_____, 2004, Paket Ibu dan Bayi Penerapan Program Safe Motherhood, EGC, Jakarta.

Jusup, S.A., 2008, Stress Pada Wistar Rat Hamil Sebagai Model Penelitian Preeklampsia. Nexus Medicus, volume 18, halaman 100.
Kristanto H, 2004. Morfologi dan Rasio Plasenta pada Preeklampsia-Eklampsia Pengaruhnya terhadap pertumbuhan janin dan outcome bayi baru lahir.  http://digilib.fk.undip.ac.id. Diakses tanggal 14 April 2014
Manuaba, I Gede Bagus, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta.

Norwitz, Errol, John Schord, 2008, At a glance Obstetri dan Ginekologi, edisi 2, Erlangga, Jakarta.

Rayburn, F.William, J. Christopher Carey, Obstetri dan Ginekologi, 2001, Widya Medika, Jakarta.

Rilantolo, Lily Ismudiati, 2004, Buku Ajar Kardologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Saifuddin, A.B., Adriaansz, G., Winkjosastro, G.H., Waspodo, D., 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

_______, A.B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, H., 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sofoewan, S., 2003, Preeklampsia-Eklampsia Di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, Patogenesis dan Kemungkinan Pencegahannya, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, volume 27.
Rochmah, N., Ahmad, S., Moersintowarti, BN., Darto, S., Fatimah, I., 2012. Metode Pemeriksaan Kualitas General Movements Meningkatkan Nilai Prediksi Ultrasonografi Kepala untuk Memprediksi Perkembangan Bayi Kurang Bulan dari Ibu Preeklampsia Berat. Sari Pediatri Volume : 14. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.