Minggu, 27 April 2014

INDONESIA BERPOTENSI BESAR MEMITIGASI PEMANASAN GLOBAL


       I.            PENDAHULUAN
Konferensi PBB tentang perubahan iklim yang dikenal dengan COP13/MOP3 berlangsung di Bali, 3-14 Desember 2007 menunjukkan betapa besar perhatian dunia terhadap dampak pemanasan global (global warming). Kegiatan yang dihadiri lebih dari 15.000 peserta dari berbagai penjuru dunia berlangsung sangat meriah. Para peneliti dan ahli perubahan iklim, politisi serta juru runding dari berbagai penjuru dunia duduk bersama untuk membicarakan beberapa isu penting tentang pemanasan global dan perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan dinamika atmosfernya yang sangat kuat hal ini ditandai dengan konveksi dari lautannya harus sangat peduli dengan kejadian pemanasan global.Kejadian pemanasan global telah mempengaruhi kejadian iklim ekstrim global dan implikasi yang serupa juga terjadi di Indonesia. Diantaranya adalah perubahan pola cuaca dan iklim, sehingga menyebabkan curah hujan akan meningkat pada musim hujan dan sebaliknya makin rendah curah hujannya pada saat musim kemarin. Tentunya kejadian ekstrim ini akan mempengaruhi pola tanam, produksi pertanian dan pada akhirnya tentu juga akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Masih banyak sektor pembangunan nasional lain yang terpengaruh akibat pemanasan global, seperti dalam sektor pengairan, kehutanan, kelautan, dan kesehatan. Oleh karena itu Indonesia sebagai salah Negara yang terkena dampak pemanasan global harus lebih memfokuskan dirinya pada upaya adaptasi perubahan iklim. Sementara itu upaya pengurangan emisi karbon penyebab pemanasan global haruslah menjadi tanggung jawab dari negara maju yang telah terlebih dahulu membuang emisi karbonnya ke atmosfer. Tindakan Negara maju ini dikenal dengan mitigasi perubahan iklim.
Ada dua upaya utama yang dapat dilakukan dalam memitigasi pemanasan global yaitu melalui penggunaan bahan bakar non fossil dan kegiatan reforestasi (menghutankan wilayah non hutan menjadi wilayah hutan kembali). Institut Teknologi Bandung melalui Ghanesa Climate Change Alleviation (GCCA) berhasil mensimulasikan model yang dapat memperlihatkan bagaiman peran dan potensi hutan Indonesia dalam menurunkan temperatur permukaan bumi dari scenario business as usual. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kegiatan reforestasi Indonesia sebesar 75,9 juta ha di masa mendatang (tahun 2110) dapat menurunkan temperatur global sebesar 0,4oC dan sekaligus menurunkan potensi kejadian bencana iklim yang akan terjadi di masa mendatang. Setidaknya kerugian global sebesar US$ 1,98 Trilliun dapat dihindarkan dari penyerapan karbon oleh kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia.

    II.            RUMUSAN MASALAH
Adakah pengaruh reforestasi di seluruh Kepulauan Indonesia dengan kejadian Global Warming?

 III.            KEBIJAKAN
HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) yang sudah terbentuk lebih diaktifkan kembali.

 IV.            PROGRAM DAN KEGIATAN HAGI
a.       HAGI Award
b.      Pada tanggal 4 November HAGI melakukan silaturrahmi dan sarasehan dalam rangka HUT HAGI ke-32 di Bandung, yang mengedepankan topik diskusi tentang SDM Geofisika Indonesia.
c.       Pada tanggal 14 - 16 November 2007, HAGI bersama IAGI dan IATMI telah sukses melakukan Joint Convention Bali 2007 dengan tema utama Optimization of Mixed- Energy Resources for National Energy.
d.      Konferensi mengenai perubahan iklim dunia yang dilaksanakan di Bali 2008.
e.       Rapat Pleno HAGI-Pusat dengan seluruh Komwil, pada minggu kedua bulan Januari 2008.
f.       Pengukuhan Komwil HAGI-PALU, pada minggu kedua Bulan Januari 2008.
g.      Pengukuhan Komwil HAGI-Kuala Lumpur, pada akhir bulan Januari 2008.
h.      Sosialisasi Ilmu dan Teknologi Geofisika untuk guru-guru SMA di Surabaya, pada bulan Januari 2008.

    V.            PENUTUP
Potensi kehutanan Indonesia dalam menurunkan temperatur global dapat menjawab salah satu upaya utama dalam memitigasi perubahan iklim dan pemanasan global sekaligus menaikkan posisi tawar Indonesia dalam perundingan internasional dan akan dapat membantu negara maju dalam menurunkan emisi karbonnya melalui penyerapan emisi karbon global tersebut dari kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia.
Selanjutnya masih ada lagi potensi penyerapan karbon global melalui sumber daya alam Indonesia, yaitu kelautan. Menurut model yang juga dikembangkan oleh Tim Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, didapatkan bahwa kelautan Indonesia mempunyai kemampuan dalam menyerap karbon global sebesar hampir 5000 juta ton CO2 pada tahun 2060.
Dari dua potensi tersebut membuktikan bahwa Indonesia dapat memberikan peran penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan sekaligus memberikan potensi yang lebih baik dalam negosiasi internasional tentang perubahan iklim, sekaligus dapat mendukung keberlanjutan pembangunan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar