I.
PENDAHULUAN
Konferensi PBB
tentang perubahan iklim yang dikenal dengan COP13/MOP3 berlangsung di Bali,
3-14 Desember 2007 menunjukkan betapa besar perhatian dunia terhadap dampak
pemanasan global (global warming). Kegiatan yang dihadiri lebih dari
15.000 peserta dari berbagai penjuru dunia berlangsung sangat meriah. Para
peneliti dan ahli perubahan iklim, politisi serta juru runding dari berbagai
penjuru dunia duduk bersama untuk membicarakan beberapa isu penting tentang
pemanasan global dan perubahan iklim.
Indonesia
sebagai negara kepulauan dengan dinamika atmosfernya yang sangat kuat hal ini
ditandai dengan konveksi dari lautannya harus sangat peduli dengan kejadian
pemanasan global.Kejadian pemanasan global telah mempengaruhi kejadian iklim
ekstrim global dan implikasi yang serupa juga terjadi di Indonesia. Diantaranya
adalah perubahan pola cuaca dan iklim, sehingga menyebabkan curah hujan akan
meningkat pada musim hujan dan sebaliknya makin rendah curah hujannya pada saat
musim kemarin. Tentunya kejadian ekstrim ini akan mempengaruhi pola tanam,
produksi pertanian dan pada akhirnya tentu juga akan mempengaruhi ketahanan pangan
nasional.
Masih banyak
sektor pembangunan nasional lain yang terpengaruh akibat pemanasan global,
seperti dalam sektor pengairan, kehutanan, kelautan, dan kesehatan. Oleh karena
itu Indonesia sebagai salah Negara yang terkena dampak pemanasan global harus
lebih memfokuskan dirinya pada upaya adaptasi perubahan iklim. Sementara itu
upaya pengurangan emisi karbon penyebab pemanasan global haruslah menjadi
tanggung jawab dari negara maju yang telah terlebih dahulu membuang emisi karbonnya
ke atmosfer. Tindakan Negara maju ini dikenal dengan mitigasi perubahan iklim.
Ada dua upaya
utama yang dapat dilakukan dalam memitigasi pemanasan global yaitu melalui
penggunaan bahan bakar non fossil dan kegiatan reforestasi (menghutankan
wilayah non hutan menjadi wilayah hutan kembali). Institut Teknologi Bandung
melalui Ghanesa Climate Change Alleviation (GCCA) berhasil
mensimulasikan model yang dapat memperlihatkan bagaiman peran dan potensi hutan
Indonesia dalam menurunkan temperatur permukaan bumi dari scenario business
as usual. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kegiatan reforestasi Indonesia
sebesar 75,9 juta ha di masa mendatang (tahun 2110) dapat menurunkan temperatur
global sebesar 0,4oC dan sekaligus menurunkan potensi kejadian
bencana iklim yang akan terjadi di masa mendatang. Setidaknya kerugian global
sebesar US$ 1,98 Trilliun dapat dihindarkan dari penyerapan karbon oleh
kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia.
II.
RUMUSAN
MASALAH
Adakah pengaruh reforestasi di seluruh Kepulauan
Indonesia dengan kejadian Global Warming?
III.
KEBIJAKAN
HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia)
yang sudah terbentuk lebih diaktifkan kembali.
IV.
PROGRAM
DAN KEGIATAN HAGI
a. HAGI
Award
b. Pada
tanggal 4 November HAGI melakukan silaturrahmi dan sarasehan dalam rangka HUT
HAGI ke-32 di Bandung, yang mengedepankan topik diskusi tentang SDM Geofisika Indonesia.
c. Pada
tanggal 14 - 16 November 2007, HAGI bersama IAGI dan IATMI telah sukses
melakukan Joint Convention Bali 2007 dengan tema utama Optimization of Mixed-
Energy Resources for National Energy.
d.
Konferensi mengenai perubahan iklim dunia
yang dilaksanakan di Bali 2008.
e. Rapat Pleno HAGI-Pusat dengan seluruh Komwil, pada
minggu kedua bulan Januari 2008.
f. Pengukuhan Komwil HAGI-PALU, pada minggu kedua Bulan
Januari 2008.
g. Pengukuhan Komwil HAGI-Kuala Lumpur, pada akhir
bulan Januari 2008.
h. Sosialisasi Ilmu dan Teknologi Geofisika untuk
guru-guru SMA di Surabaya, pada bulan Januari 2008.
V.
PENUTUP
Potensi
kehutanan Indonesia dalam menurunkan temperatur global dapat menjawab salah satu
upaya utama dalam memitigasi perubahan iklim dan pemanasan global sekaligus
menaikkan posisi tawar Indonesia dalam perundingan internasional dan akan dapat
membantu negara maju dalam menurunkan emisi karbonnya melalui penyerapan emisi
karbon global tersebut dari kegiatan reforestasi di wilayah Indonesia.
Selanjutnya
masih ada lagi potensi penyerapan karbon global melalui sumber daya alam
Indonesia, yaitu kelautan. Menurut model yang juga dikembangkan oleh Tim
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, didapatkan bahwa kelautan Indonesia
mempunyai kemampuan dalam menyerap karbon global sebesar hampir 5000 juta ton
CO2 pada tahun 2060.
Dari dua potensi
tersebut membuktikan bahwa Indonesia dapat memberikan peran penting dalam upaya
mitigasi perubahan iklim dan sekaligus memberikan potensi yang lebih baik dalam
negosiasi internasional tentang perubahan iklim, sekaligus dapat mendukung
keberlanjutan pembangunan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar