Minggu, 27 April 2014

HUBUNGAN IBU HAMIL DEPRESI DENGAN BBLR


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya (Marmi, 2011).
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus (Marmi, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kesehatan ibu yang terganggu akan berdampak bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat < 2500 gram termasuk kelahiran preterm (usia kehamilan < 37 minggu), kelahiran aterm tetapi terdapat gangguan dalam pertumbuhan atau merupakan kombinasi keduanya. Gangguan psikologis dengan depressive symptoms secara tidak langsung berpengaruh terhadap risiko kejadian BBLR (Hapisah dkk, 2010).
Gejala depresi dapat terjadi tumpang tindih dengan gejala kecemasan. Gangguan kecemasan lebih didominasi keluhan perasaan ketakutan dan kekhawatiran, sedangkan depresi didominasi perasaan kemurungan dan kesedihan. Kondisi psikologis dengan gangguan kecemasan dan depresi pada ibu hamil berpengaruh terhadap timbulnya penyakit dan komplikasi kehamilan dan persalinan, baik pada ibu maupun bayi (Hapisah dkk, 2010).

B.     Tujuan
1.      Mengetahui definisi depresi serta dampaknya terhadap kehamilan
2.      Mengetahui patofisiologi terjadinya BBLR akibat depresi pada ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Depresi
Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta menganalisa (Hamilton, 1995).
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal (Semiun, 2010).
B.     Patofisiologi
Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak. Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian depresi dan kecemasan selama kehamilan. Gangguan ini ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan atau berkurangnya dan tidak adanya minat pada aktivitas. Pasien kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik memikirkan hal yang sedih dan mengeluh. Mereka juga dapat tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik. Gejala penyertanya adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual (Semiun, 2010).
Gangguan psikologis selama kehamilan dapat meningkatakan produksi hormone adrenalin. Hormone ini masuk ke peredaran darah akan mempengaruhi jantung (berdebar-debar), meningkatkan tekanan darah, asam lambung dan menurunkan system imunitas tubuh sehingga ibu mudah sakit. Selain itu, ada hubungan antara gangguan psikologis dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterine. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitive terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokontriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, 2010).
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kehamilan dengan stress, cemas dan dengan depressive symptomps dapat memicu meningkatnya sekresi hormone kortikotropin (CRH) yang diketahui berinteraksi dengan hormone oksitosin dan prostaglandin. Hormone ini dapat memediasi kontraksi uterus, sehingga terjadi kelahiran BBLR termasuk kelahiran preterm (Hapisah, 2010).
C.    Gejala Depresi
Menurut Semiun (2010), wanita yang mengalami depresi akan mengalami beberapa gejala berikut ini selama kurang lebih 2 minggu :
1)      Ada perasaan sedih
2)      Kesulitan dalam berkonsentrasi
3)      Tidur yang terlalu lama atau terlalu sedikit
4)      Hilangnya minat dalam melakukan aktivitas yang biasanya digemari
5)      Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas
6)      Timbul perasaan bersalah dan tidak berharga
7)      Menangis tak tertahan
8)      Tiba-tiba takut atau gugup
9)      Sering lupa, merasa binggung dan bersalah
10)  Terlintas pikiran menyakiti diri atau bayinya
Selain itu kejadian hidup yang berat, adanya komplikasi selama kehamilan juga dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya depresi selama kehamilan.
D.    Dampak Depresi Selama Kehamilan
Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya menurut Semiun (2010), antara lain :
1.      Timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
2.      Munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
3.      Kelahiran premature
4.      Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
5.      Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri
E.     Mencegah Depresi Selama Kehamilan
Bagi mereka saat ini sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenagkan dalam hidup anda. Untuk para suami serta keluarga, dukungan dari anda semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak-anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas (Semiun, 2010).


F.     Penatalaksanaan Depresi pada Ibu Hamil
Menurut Marmi dkk (2011), penatalaksanaan depresi pada ibu hamil meliputi :
1.      Terapi psikologis interpersonal
Terapi ini bertujuan untuk membantu wanita hamil menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan interpersonalnya, seperti :
  1. Belajar mengidentifikasi dan mengurus apa yang dibutuhkan dirinya sendiri.
  2. Belajar untuk tidak mengandalkan suami yang tidak mendukungnya.
  3. Meningkatkan dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga yang bisa diandalkan.
  4. Menyelesaikan perselisihan dengan orang-orang terdekat.
  5. Mendorong untuk membicarakan perasaan positif dan negatif seputar kehamilan, tanpa merasa dihakimi dan dinilai.
  6. Mendorong untuk mengatur rencana yang bagus untuk bayi yang akan lahir.
2.      Terapi kognitif behavioral yang berguna untuk mengembalikan semangat hidup pasien dengan cara :
  1. Melakukan aktivitas yang disukainya.
  2. Memberi reward setiap kali pasien berhasil melakukan aktivitas tersebut.
  3. Membangun pemikiran yang lebih realistis dan berguna.
  4. Membantu pasien menyelesaikan satu demi satu masalah yang berkaitan dengan penyebab depresi.
  5. Merencanakan masa depan bayi yang akan lahir.
  6. Belajar mensyukuri atas apa yang telah diberikan Tuhan













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Wanita hamil yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak.
Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Proporsi depressive symptoms pada ibu hamil lebih banyak terjadi pada ibu-ibu yang melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu-ibu yang melahirkan dengan berat ≥2500 gram. Ibu hamil yang mengalami depresi dapat meningkatkan sekresi hormone kortikotropin yang dapat berinteraksi dengan hormone oksitosin dan prostaglandin yang dapat memicu kontraksi uterus sehingga menyebabkan kelahiran BBLR, termasuk kelahiran premature.
B.     Saran
 Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan perawatan antenatal terhadap kesehatan mental ibu hamil.












DAFTAR PUSTAKA


Hamilton Persis M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Hapisah, Djaswadi D, Yayi SP. 2010. Depressive Symptoms pada Ibu Hamil dan Bayi Berat Lahir Rendah. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. FK UGM. Yogyakarta

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Penerbit Kanisius


















Tugas I
DEPRESI DALAM KEHAMILAN DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Pendekatan Psikososial, Sosial Kultural,
Sosial Ekonomi untuk Perubahan Perilaku Kesehatan Ibu dan Anak
Dosen Pengampu: Prof. Bhisma Murti, dr., MSc., MPH., Ph.D





Disusun Oleh Kelompok 2 :
Dyah Muliawati
Fayakun Nur Rohmah        
Febrina Sucihati
S021308022
S021308031
S021308032

           



PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar