BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan
psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian
besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang
harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang
sangat menentukan kehidupan selanjutnya (Marmi, 2011).
Perubahan
kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural
dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai
reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat
gangguan jiwa yang berat.
Wanita yang
tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi.
Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan
timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita
tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan
khusus (Marmi, 2011).
Pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan sangat tergantung pada kondisi kesehatan
ibu. Kesehatan ibu yang terganggu akan berdampak bayi dengan berat badan lahir
rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat < 2500
gram termasuk kelahiran preterm (usia kehamilan < 37 minggu), kelahiran
aterm tetapi terdapat gangguan dalam pertumbuhan atau merupakan kombinasi
keduanya. Gangguan psikologis dengan depressive symptoms secara tidak langsung
berpengaruh terhadap risiko kejadian BBLR (Hapisah dkk, 2010).
Gejala
depresi dapat terjadi tumpang tindih dengan gejala kecemasan. Gangguan
kecemasan lebih didominasi keluhan perasaan ketakutan dan kekhawatiran,
sedangkan depresi didominasi perasaan kemurungan dan kesedihan. Kondisi
psikologis dengan gangguan kecemasan dan depresi pada ibu hamil berpengaruh terhadap
timbulnya penyakit dan komplikasi kehamilan dan persalinan, baik pada ibu
maupun bayi (Hapisah dkk, 2010).
B. Tujuan
1.
Mengetahui
definisi depresi serta dampaknya terhadap kehamilan
2.
Mengetahui
patofisiologi terjadinya BBLR akibat depresi pada ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Depresi
Depresi adalah keadaan patah hati
atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah
hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu,
pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta
menganalisa (Hamilton, 1995).
Depresi adalah suatu perasaan sedih
yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau
peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut
dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal (Semiun, 2010).
B.
Patofisiologi
Depresi selama kehamilan merupakan
gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada
umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak.
Dalam hal ini perubahan hormonal pada saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi
otak itu sendiri, yang nantinya akan sangat berhubungan erat dengan kejadian
depresi dan kecemasan selama kehamilan. Gangguan ini ditandai dengan perasaan
muram, murung, kesedihan atau berkurangnya dan tidak adanya minat pada
aktivitas. Pasien kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik memikirkan hal yang
sedih dan mengeluh. Mereka juga dapat tegang, kaku dan menolak intervensi
terapeutik. Gejala penyertanya adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur,
harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual
(Semiun, 2010).
Gangguan psikologis selama kehamilan
dapat meningkatakan produksi hormone adrenalin. Hormone ini masuk ke peredaran
darah akan mempengaruhi jantung (berdebar-debar), meningkatkan tekanan darah,
asam lambung dan menurunkan system imunitas tubuh sehingga ibu mudah sakit.
Selain itu, ada hubungan antara gangguan psikologis dengan terjadinya
peningkatan indeks resistensi arteri uterine. Hal ini disebabkan karena terjadi
peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke
uterus menurun dan uterus sangat sensitive terhadap noradrenalin sehingga
menimbulkan efek vasokontriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan
terhambatnya proses pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga
terjadi BBLR (Hapisah, 2010).
Pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam kandungan sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kehamilan dengan
stress, cemas dan dengan depressive symptomps dapat memicu meningkatnya sekresi
hormone kortikotropin (CRH) yang diketahui berinteraksi dengan hormone
oksitosin dan prostaglandin. Hormone ini dapat memediasi kontraksi uterus,
sehingga terjadi kelahiran BBLR termasuk kelahiran preterm (Hapisah, 2010).
C.
Gejala Depresi
Menurut Semiun (2010), wanita yang mengalami depresi akan
mengalami beberapa gejala berikut ini selama kurang lebih 2 minggu :
1) Ada perasaan sedih
2) Kesulitan dalam berkonsentrasi
3) Tidur yang terlalu lama atau terlalu
sedikit
4) Hilangnya minat dalam melakukan
aktivitas yang biasanya digemari
5) Putus asa, terkadang beberapa ada
yang merasa cemas
6) Timbul perasaan bersalah dan tidak
berharga
7) Menangis tak tertahan
8) Tiba-tiba takut atau gugup
9) Sering lupa, merasa binggung dan
bersalah
10) Terlintas pikiran menyakiti diri
atau bayinya
Selain itu kejadian hidup yang
berat, adanya komplikasi selama kehamilan juga dapat menjadi salah satu pemicu
terjadinya depresi selama kehamilan.
D.
Dampak Depresi Selama Kehamilan
Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk
bagi ibu dan bayi yang dikandungnya menurut Semiun (2010), antara lain :
1. Timbulnya gangguan pada janin yang
masih didalam kandungan
2. Munculnya gangguan kesehatan pada
mental si anak nantinya
3. Kelahiran premature
4. Bayi lahir dengan berat badan yang
rendah
5. Ibu yang mengalami depresi ini tidak
akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan
kesehatannya sendiri
E.
Mencegah Depresi Selama Kehamilan
Bagi mereka saat ini sedang hamil, maka jadikan masa hamil
ini sebagai pengalaman yang menyenagkan dalam hidup anda. Untuk para suami
serta keluarga, dukungan dari anda semua akan besar manfaatnya untuk
menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Sehingga pada saatnya nanti
sang ibu hamil dapat melahirkan anak-anak dengan kualitas mental dan fisik yang
baik serta berkualitas (Semiun, 2010).
F.
Penatalaksanaan Depresi pada Ibu
Hamil
Menurut
Marmi dkk (2011), penatalaksanaan depresi pada ibu hamil meliputi :
1. Terapi psikologis interpersonal
Terapi ini
bertujuan untuk membantu wanita hamil menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan interpersonalnya, seperti :
- Belajar mengidentifikasi dan mengurus apa yang dibutuhkan dirinya sendiri.
- Belajar untuk tidak mengandalkan suami yang tidak mendukungnya.
- Meningkatkan dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga yang bisa diandalkan.
- Menyelesaikan perselisihan dengan orang-orang terdekat.
- Mendorong untuk membicarakan perasaan positif dan negatif seputar kehamilan, tanpa merasa dihakimi dan dinilai.
- Mendorong untuk mengatur rencana yang bagus untuk bayi yang akan lahir.
2. Terapi kognitif behavioral yang
berguna untuk mengembalikan semangat hidup pasien dengan cara :
- Melakukan aktivitas yang disukainya.
- Memberi reward setiap kali pasien berhasil melakukan aktivitas tersebut.
- Membangun pemikiran yang lebih realistis dan berguna.
- Membantu pasien menyelesaikan satu demi satu masalah yang berkaitan dengan penyebab depresi.
- Merencanakan masa depan bayi yang akan lahir.
- Belajar mensyukuri atas apa yang telah diberikan Tuhan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hamil merupakan proses yang tidak
dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Wanita hamil yang tidak dapat
mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi
tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan
jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Depresi
selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya dengan depresi yang
terjadi pada orang awam pada umumnya, dimana pada kejadian depresi akan terjadi
perubahan kimiawi pada otak.
Wanita dengan gangguan psikologis
seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak
berpengaruh pada janinnya. Proporsi depressive symptoms pada ibu hamil lebih
banyak terjadi pada ibu-ibu yang melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu-ibu
yang melahirkan dengan berat ≥2500 gram. Ibu hamil yang mengalami depresi dapat
meningkatkan sekresi hormone kortikotropin yang dapat berinteraksi dengan
hormone oksitosin dan prostaglandin yang dapat memicu kontraksi uterus sehingga
menyebabkan kelahiran BBLR, termasuk kelahiran premature.
B. Saran
Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah
penting untuk memotivasi dan memberikan perawatan antenatal terhadap kesehatan
mental ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton Persis M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC
Hapisah, Djaswadi D, Yayi SP. 2010. Depressive Symptoms pada Ibu Hamil dan Bayi
Berat Lahir Rendah. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. FK UGM. Yogyakarta
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Tugas I
DEPRESI DALAM KEHAMILAN DAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Diajukan
Sebagai Tugas Mata Kuliah Pendekatan Psikososial, Sosial Kultural,
Sosial
Ekonomi untuk Perubahan Perilaku Kesehatan Ibu dan Anak
Dosen
Pengampu: Prof. Bhisma Murti, dr., MSc., MPH., Ph.D
Disusun Oleh Kelompok 2
:
Dyah
Muliawati
Fayakun
Nur Rohmah
Febrina
Sucihati
|
S021308022
S021308031
S021308032
|
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar